Minggu, 20 Mei 2012

Perusahaan Furniture Korea Ludes Terbakar








JEPARA, suaramerdeka.com – Kebakaran besar menghanguskan perusahaan furniture Korea dengan bendera PT Hanin Design Indonesia (HDI) Desa Jeruk Wangi Kecamatang Bangsri, Jepara, pada Jumat (18/5). Peristiwa kebakaran perusahaan yang menempati lahan sekitar 0,5 hektare itu terjadi sekitar pukul 09.15 saat para karyawan sedang bekerja melakukan rangkaian produksi.

Menurut beberapa keterangan, kebakaran berlangsung sangat cepat. Hanya dalam waktu sekitar 20 menit seluruh bangunan dan produk-produk perusahaan ludes terbakar. Ketika tim pemadam kebakaran datang sekitar pukul 10.00 tinggal sisa-sisa api yang masih berpotensi membesar.

Dengan kondisi itu tim pemadam kebakaran terus berupaya memadamkan seluruh api di lokasi agar tak merembet ke rumah-rumah penduduk. Untuk memadamkan seluruh api, lebih dari tiga jam dan lebih dari 10 tangki air digunakan.

Murjayanto, karyawan PT HDI bagian finishing, menjelaskan api berasal dari mesin blower yang berdekatan dengan bagian finishing. Dia mengaku berjarak sekitar 12 meter saat mengetahui tiba-tiba api membesar.

"Tiba-tiba saja api langsung membesar dan karyawan panik untuk menyelamatkan diri masing-masing. Tak ada barang yang bisa diselamatkan karena ada beberapa karyawan yang moplok (gemetaran-red) sehingga harus ditolong karyawan yang lain," jelasnya.

Dia menjelaskan pada saat itu sedang bekerja sekitar 200 karyawan dengan menjalankan tugas di bagian masing-masing. Perusahaan itu memproduksi barang hingga pemasaran. "Ini bukan hanya gudang tapi tempat produksi juga. Sudah sekitar enam tahun perusahaan ini beroperasi," tutur Murjayanto.

Dia menambahkan api yang cepat membesar selain karena berisi produk-produk kayu yang mudah terbakar juga terdapat tinner. Cairan tinner itu membuat api membesar dengan cepat dan merambat seluruh bagian pabrik.

Ditanya soal korban luka dan jiwa, Murjayanto menjelaskan tidak ada. Dia mengungkapkan saat tahu ada kebakaran, karyawan langsung menyelamatkan diri semua. "Untuk kerugian bisa lebih dari Rp 10 miliar. Sebab ada dua kontianer yang siap diekspor dan masih ada sekitar 20 kontainer yang sedang dikerjakan. Itu belum peralatan dan bangunan," Murjayanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar